Dan Tak Mungkn
Fajar
telah berubah terang. Matahari diam-diam menampakan diri dengan warna emasnya.
Hangat pun mulai menyapa kulit hitam Faiz yang tengah mencari pakan untuk kambing-kambing
milik tetangganya yang tahun lalu menitipkanya pada Faiz, dia tidak menerima
upah rupiah untuk pekerjaan ini karena sistemnya adalah mengambil hasil, maksudnya
misalnya tahun ini kambing hamil dan beranak maka peranakan pertama milik si pemilik
kambing, sedangkan untuk peranakan kedua adalah upah untuk orang yang merawat,
begitulah hukum kerja sama yang sampai sekarang masih kita jumpai di pedesaan.
Dan apakah harus
sepagi ini mencari pakan? Ya, karena setelah itu Faiz harus menunaikan kewajiban lainya yaitu sebagai pengajar di sekolah dasar di desanya. Setelah dirasa cukup Ia pun bergegas pulang dan segera memberikann pakan pada kambing-kambingnya, setelah itu Faiz pun segera bersiap-siap untuk mengajar.
sepagi ini mencari pakan? Ya, karena setelah itu Faiz harus menunaikan kewajiban lainya yaitu sebagai pengajar di sekolah dasar di desanya. Setelah dirasa cukup Ia pun bergegas pulang dan segera memberikann pakan pada kambing-kambingnya, setelah itu Faiz pun segera bersiap-siap untuk mengajar.
Kemeja
putih bergaris merah hati menu busananya hari ini, merah hati merupakan warna
kesukaanya, warna itu mendominasi hampir seluruh barang-barang miliknya,
seperti sisir yang Ia gunakan sekarang, sedikit memutarkan badan di depan
cermin panjang nya Faiz menggumam dalam hatinya
“sip
dah”
Beralih
dari depan cermin, ia pun meraih tas hitamnya yang telah menemaninya selama dua
tahun belakang ini, ya tas yang ia beli dari tukang loak di pasar tungging dengan
harga yang miring tentunya, setia membawa buku ajarnya kesekolah. Tapi tak
apalah lumayan dari pada harus menggunakan kantong plastik, hibur dirinya untuk
hatinya yang pasti sebenarnya ingin membeli tas bermerk yang pernah ia lihat di
toko beberapa waktu lalu. walaupun kini dari penghasilan mengajarnya sebenarmya
ia telah mampu untuk mengganti tas lusuh itu namun Faiz terlanjur sayang dengan tas miliknya
itu.
Faiz
adalah sosok yang rajin. Masalah semangat
tak usah di Tanya, Faiz termasuk tipe orang yang pekerja keras , gelar yang merantai di belakang namanya Faiz Al-Said,
S.pd adalah bukti kerasnya hidup yang menghampirinya telah berhasil ia lewati ujian dari_Nya
itu. Menyelesaikan kuliah dengan
perjuangan yang luar biasa. Bagai bulir biji padi yang di putar dalam wadah, dalam
bahasa jawa dikenal dengan istilah “koyo’ pari diinteri” artinya
perjuanganya luar biasa, bagaimana tidak orang tuanya tak banyak membantu, bahkan
satu rupiah pun untuk keberhasilanya kecuali Do’a mereka setiap malam yang
senantiasa dihaturkan pada Sang Khaliq mampu menopang semangatnya.
***
“tet,,,,tet,,,,,tet”
jam istirahat telah sampai. Segera Faiz mengakhiri kelasnya
“Baik,
kita lanjutkan minggu depan dan jangan lupa PR kalian, Assalamu’alaikum’
“Wa’alaikumussalam”
seru murid-muridnya serentak
Faiz
keluar kelas berjalan menuju ruang guru. Dia melihat sudah banyak guru-guru
yang berjalan didepanya. Sebelum sampai pintu ruang guru. Suara kecil lembut
Lia memanggilnya
“om”
Sambil menggantungkan tanganya pada tangan Faiz
“Iya,,
Lia sayang” Ia menjongkokan diri di samping Lia dan membelai lembut rambut ikal
milik gadis kecil itu, tersenyum memandangi wajah Lia yang terlihat damai
sekali.
“Lia
mau permen?” Faiz meraba sakunya, Ia
ingat ada permen lollipop yang memang sudah Ia siapkan untuk diberikan pada
gadis kecil anak kepala sekolah itu.
“Mau,,,telimakasih
om” Lia pun berlari sebelum Faiz membalas ucapnya. Faiz pun menguntai senyum
atas kelakuan lucu gadis kecil itu “Sama-sama” Ia membalas lirih. Masih
memandangi gerak lincah Lia yang sekarang berlari-lari mengejar kupu-kupu di
taman.
“Sepertinya
Bapak menyukai anak kecil ya?” Suara yang serak dan lembut itu membuyarkan
perhatiannya pada Lia.
“eh,,,
Ima, sedang apa disini?” Berbalik bertanya
Ima
tersenyum melihat Faiz yang salah tingkah “ kata Jono (tukang kebun) bapak tadi mencari saya, tadi saya
lihat kursi bapak masih kosong” jelas Ima
“Oh
iya,,,tadi kebetulan bertemu Lia. Ini saya mau menitipkan lembar-lembar mading yang
diminta pak Ahmad pada Ima,,tidak kenberatan kan?? Seraya menyerahkan
lembar-lembar puisi miliknya
“Tentu
tidak” Ima menyambut map hijau dari Faiz
“Terimakasih
Ima” Sesaat, baru kali ini Faiz mampu
memandang mata teduh Ima, wajah lembut nya dan rona pipinya yang merekah
“SubhanaAlloh”
Gumam Faiz, ia langsung tersadar setelah Ima beberapa kali memanggil namanya
dan beberapa kali ia ucapkan “sama-sama pak!”
“Astagfirullahalazim,
ma’af Ima”
“Mari
pak!,,Assalamu’alaikum” Ima tersenyum
“Wa’alaikumussalam”
Ucap Faiz mengakiri pertemuan mereka
Entah
mengapa setelah Ima pergi meninggalkanya, Jantung Faiz berdetak tidak karuan,
gelisah langsung melanda dirinya. Pesona Ima sangat berbeda hari itu. Tidak
tahu perasaan apa ini. Gadis berjilbab, cantik rupanya dengan segala keindahan
dan kelembutan akhlaknya yang hanya orang-orang tertentu yang mampu melihat
keindahanya telah menggetarkan hatinya.
“Ya
Alloh, mengapa aku? Tidak boleh aku membayangkan seseorang yang belum halal
bagiku”
Faiz
berjalan menuju kantornya, baru saja dia meletakan tas lusuh miliknya.
“Dubrak”
Suara seperti benturan keras dari arah jalan disertai gemuruh para guru dan
beberapa murid yang berlarian seakan ingin menuju satu titik. Sangat ribut. Mengejutkanya.
Dia pun ikut juga mencari informasi apa sebenarnya yang terjadi. Setelah tengok
kanan kiri akhirnya dia tahu harus mencari informasi pada siapa.
“Pak
jono, ada apa diluar?” Faiz mencegah pak jono yang berlari menuju kantor kepala
sekolah
“Itu,,Itu,,,Itu
den,,neng,,neng,,neng Ima” jawab pak jono tersengal-sengal, berhenti sejenak
untuk menata huruf-huruf yang ingin Ia katakan terhambat nafasnya karena sangat
cepat lajunya
“Ima?,,,Ima
kenapa pak?” Tanya Faiz gelisah
“Neng
Ima kecelakaan”
Tanpa
berfikir panjang, Faiz segera berlari menuju tempat kejadian, namun terlambat
Ima sudah dibawa kerumah sakit. Faiz pun memutuskan untuk segera menyusul ke
rumah sakit. Berharap masih ada nafas kehidupan untuk Ima. Faiz langsung
menyambut sepeda injak milik pak Jono. Dalam perjalanan menuju rumah sakit tak
hentinya ia mengucap dzikir. Tak dihiraukan lagi matahari yang terus memeras
keringatnya hingga peluh pun tak henti terkuras. Derap jantungnya berkejaran
yang juga ikut memompa semangat ia mengayuh sepeda.
***
Sekitar
tiga puluh menit.
Sesampai
di RS. Suasana hening menyambutnya. Segera ia memarkir sepeda yang telah
mengantarnya. Menyandarkanya pada gardu satpam yang ada di depan rumah sakit.
Berlari menuju ruang receptionist dan disana dia menemui seorang suster
“Selamat
siang pak,,,ada yang bisa saya bantu?” Tanya suster itu
“Pasien
atas nama Ima, yang baru saja masuk karena kecelakaan” Jelas Faiz
“Di ruang
UGD melati lorong kelima” Jawab suster berlesung pipit itu setelah mencari nama yang dimaksud pada list
pasien RS
“Terimakasih
sus”
Faiz
mencari ruangan yang dimaksud suster. Dan diujung lorong kelima akhirnya Faiz
menemukan kamar dimana Ima di rawat. Ruang itu masih tertutup, hati faiz
semakin tak karuan. Entah apa yang ada dipikirannya, ia berjalan mendekati
pintu dengan perasaan yang tidak berirama jantungnya berdebar-debar langkahnya
langsung sedikit dipercepat.
“Ya
Rabb,,, Lindungilah dia” faiz berbicara sendiri dengan hatinya. Sesampainya di
depan pintu kamar, langkahnya terhenti karena ada yang menekan pemegang pintu
dari dalam. Dia adalah dokter yang menangani pasien Ima.
“Dok”
Tanya Faiz penasaran. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut dokter itu.
Hanya gelengan kepala sebagai isyarat. Dan Faiz mengerti maksudnya. Ia segera
masuk, namun tak sempat lagi dia melewatkan nafas terakhir yang Ima miliki.
Suster telah menutup jasadnya menggunakan
kain putih. Artinya tak mungkin lagi ada kesempatan. Walau hanya sekedar
mengucapkan selamat tinggal padanya dan ingin mengatakan bahwa “Aku sangat
mencintaimu”. Faiz menjadi tidak karuan rasa, sedih yang ia rasakan tertumpuk
dihati dan pikiranya yang membuat lututnya lemah hingga gugur kelantai.
Dan
sekarang yang Ia bisa lakukan hanya berdo’a semoga Ima dapat tersenyum
menghadap pemilik_Nya. Menempati tempat terindah dan semoga Ia dapat
dipertemukan dengan bidadari pujaannya di surga.
Isfy,,aku salut dengan semangatmu!!! :)
ReplyDeletethanks sob,,,,dirimu my inspiration,,,he
ReplyDeletetulisan acak kaduk plend masih
asik... cerpen lo ini, kawa gasan buku penakita selanjutnya... wkwkwk
ReplyDeleteeh tolong si pasang banner toko buku q. kodenya copas ja langsung di bukumurah.net
lah lah lah... hehehe