Posts

Irma: Waktu adalah Ayat

"Mimpiku pengen jadi penulis kak" tutur irma sumringah menjawab pertanyaanku, pipinya terangkat memperlihatkan gigi taringnya yang gingsul. Menjadi santri angkatan kedua Pesantren Takhosus Cikarang, tahun ini adalah tahun keempat Irma berada di pesantren. Gadis manis asal Tarakan KALTARA ini sudah menyelesaikan hafalannya satu tahun lalu dan sudah mengikuti Wisuda Tahfizh Nasional di tahun yang sama. Keinginanya untuk kuloah di Madinah, mengembangkan bakat menulisnya menjadi salah satu pemicu Irma untuk cepat melancarkan murojaahnya. Trik menghafalnya cukup unik. "Kuncinya ada di jam kak" jawabnya. Aku terdiam sejenak "Ok, ,,,lalu?" Tanyaku penasaran. Irma selalu memakai jam tangan, dia menargetkan per 15 menit untuk menghafal 1 pojok, menurutnya dengan membatasi dan menargetkan waktunya, dia bisa lebih terpacu dan berlomba dengan detik-detik yang yang terus berdetak. Tidak hanya trik menghafalnya yang unik, target murojaahnya pun bisa di bilan

New Folder

"Ayat yang tak bernama dan tak berharokat adalah pasangan hidup" Ustadz Abdul Somad   To be Continued

Perjalanan Adalah Proses

Image
Apa yang lebih hangat dari pelukan seorang ayah kepada puterinya? Apa yang lebih kau rindukan selain menatap mata Ayah dan Bunda? Apa yang lebih ingin kau kenang selain nasihat dari Ayah dan Bunda? Tidak ada. Its my answer. Kehidupan adalah perjalanan. Susah senang adalah kerikil-kerikil penghalang jalan. Aku bisa merasakan arti sebuah perjalan hidup dari sebatang pohon tomat dan cabai yang beberapa minggu ini aku perhatikan tumbuh kembangnya. Pohon-pohon itu seperti seorang ayah dan bunda. Mereka tak merasakan betapa segar buah yang ia hasilkan. Tapi pohon itu hanya bisa bangga dengan hasil yang dipetik oleh pemiliknya. Aku baru menyadari bahwa betapa sedikit prestasi saja bisa membuat orang tua kita bangga. Itulah kenapa, orang tua sering menceritakan kita (anak-anak) kepada orang lain. Kalau bukan kita, siapa lagi??? Kalau bukan prestasi kita, apalagi? So, guys, biarkan mereka bangga dengan hal positif yang kita lakukan. Dan inilah sedikit yang bisa aku abadikan seba

Dream September

Udah lewat tanggal dan bulan. Dan aku masih stay dalam lingkaran penuh mimpi. Hamdulillah, syukur untuk segala nikmat Mimpiku? Masih sama, waktu belum memeluk semua mimpiku. Namun, syukur atas segala nikmat semoga tak pernah luput dari lisan ini. Karena, aku hari ini adalah nikmat yang luar biasa. Mimpi-mimpiku akan tetap bersamaku. Mereka akan setia mendampingi langkahku yang penuh dengan misteri. Tentang apakah nanti mereka akan tersenyum atau tidak pada akhirnya, tak ada yang berat dihati, karena semua adalah milik Sang Ilahi.

Mencoba Memberi Celah

"Jangan membuatku berfikir dua kali, please" Bukankah seharusnya tidak seperti ini, kita saling mengerti keadaan yang harus di jalani. tapi mengapa seolah-olah kau memberiku harapan lagi. Tolong biarkan aku sakit dengan keadaan ini. Ku berharap ini akan segera berakhir. Tentu saja kau tahu sakit ini kan?

Hipnotis tanpa Mantra

Berdiri dengan pakaian terbaik yang kumiliki. Masih di depan cermin mematut diri. Memandang mata sayu yang kuwarisi dari ayah. Mencoba menyamarkan bengkak di sana. Sisa tangisan malam tadi. Lumayan lama. Akhirnya aku menyerah. Aku berharap tidak akan ada yang menyadarinya. Toh aku juga hanya sebentar saja berada disana. Sekedar mengucapkan salam pada kedua mempelai yang berbahagia dan kembali pulang. 2 Februari 2017. Hari ini adalah hari bahagia sahabatku. Sebenarnya aku ragu untuk menghadiri acara ini. Tapi aku tak bisa membayangkan kekecewaan sahabatku jika aku tak datang, Ya,,, Sahabatku. Sahabat special. Hanya perlu tiga puluh menit untuk sampai ke tempat acara akad nikah. Memasuki halaman parkir masjid Babussalam aku disambut oleh seorang petugas parkir yang sudah bersiap disana. Menghampiriku. Membentangkan tanganya memberi arah padaku menuju tempat parkir yang masih kosong. Para tamu undangan sudah berdatangan. Ramai. "Terimakasih dek" seruku pada tukang park

Belajar dari Keluguan

“Belajar boleh dari siapapun. Tak memandang siapa, tapi apa”. Hari ini aku belajar dari mereka berdua. Namanya Nanta dan Nia. Dua anak kecil yang akhir-akhir ini menghabiskan banyak waktu bersamaku. Umur mereka kurang lebih 3 tahun tapi Nia sedikit lebih muda. Nanta mulai belajar mengaji, ya walaupun mengaji dengan caranya sendiri. Misalnya ketika dia mengucapkan huruf ‘ro’ maka spontan dia akan menambahkan kata “ti”. “Roti”. Juga dengan huruf “sin”. Susah aku menjelaskan keluarnya makhroj ‘sin’ pada anak-anak. Jadi, agar lebih mudah maka ku bilang “sambil senyum ta!”. Tak kusangka sampai sekarang ketika dia mengaji dan menemukan huruf ‘sin’. Maka, dia akan bilang ‘senyum sa’.  Berbeda dengan Nia ketika aku menyuruhnya melafalkan huruf 'tsa' yang makhrojnya adalah posisi lidah berada di antara gigi depan dan bibir bawah. Aku bilang 'lihat lidah k' is ndok'. Spontan dia pun menirukan dengan berkata "lidahnya banyak-banyak ya",,,,Aku hanya tersenyum dan